Arthritis terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang pembuluh darah yang sehat, sehingga mengganggu struktur dan fungsinya. Terdapat berbagai faktor risiko yang dapat memicu peradangan pada pembuluh darah, antara lain infeksi berat dan penyakit pada sistem kekebalan tubuh.
Peradangan pembuluh darah dikenal sebagai vaskulitis . Kondisi ini dapat mempengaruhi pembuluh darah kecil dan besar. Saat terjadi peradangan, pembuluh darah bisa menjadi sangat tipis, sehingga mudah pecah dan menyebabkan pendarahan ke dalam jaringan.
Dalam kasus lain, peradangan pembuluh darah juga dapat menyebabkan penyempitan hingga penutupan total pembuluh darah. Akibatnya, aliran darah bisa terhambat sehingga menyebabkan kerusakan organ akibat kekurangan oksigen dan nutrisi ke jaringan.
Radang pembuluh darah umumnya menimbulkan gejala demam, pegal-pegal, dan selalu cepat lelah. Gejala lain juga dapat menyertai tergantung organ mana yang terkena, misalnya telinga berdenging, mata merah, sesak napas, batuk darah, bercak merah di kulit, dan tinja berdarah .
Penyebab dan Faktor Risiko Radang Pembuluh Darah
Penyebab radang pembuluh darah belum diketahui secara pasti, namun kondisi ini diduga terjadi saat sistem imun tubuh menyerang pembuluh darah sehingga menyebabkan peradangan. Peradangan umumnya dapat dipicu oleh beberapa faktor, yaitu:
1. Lansia
Seiring bertambahnya usia, jaringan tubuh lebih rentan terhadap peradangan dan kerusakan, termasuk pembuluh darah. Kondisi ini umumnya mulai terjadi saat seseorang mencapai usia 60 tahun ke atas.
Pembuluh darah biasanya menjadi lebih tebal dan kaku. Penebalan dinding ini bisa memicu penyumbatan sebagian, bahkan total pembuluh darah yang berakibat fatal.
2. Rokok
Risiko mengalami radang pembuluh darah juga dialami oleh perokok aktif. Ini karena kebiasaan merokok meningkatkan risiko penyakit Buerger .
Meski tergolong jarang, penyakit ini menyebabkan peradangan yang dapat mempersempit pembuluh darah dan membentuk gumpalan yang membuat darah sulit mengalir.
3. Obat-obatan
Peradangan pembuluh darah juga sering terjadi pada pengguna narkoba, seperti hydralazine untuk tekanan darah tinggi, levamisole untuk mengobati cacingan, propylthiouracil untuk penyakit tiroid, dan kemoterapi sebagai terapi kanker.
Efek samping vaskulitis akibat pengobatan di atas umumnya terjadi akibat indikasi, dosis, dan penggunaan yang tidak tepat atau tidak sesuai anjuran dokter. Oleh karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter sebelum mengonsumsi obat resep dan kembali kontrol ke dokter bila diperlukan sesuai anjuran.
4. Reaksi alergi
Reaksi alergi juga dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. Alergi terjadi akibat paparan alergen, seperti obat-obatan, makanan, paparan tungau, atau asap rokok. Namun, penyebab alergi bisa berbeda-beda pada setiap penderitanya.
Alergi obat merupakan jenis alergi yang paling mudah menyebabkan peradangan pada pembuluh darah, terutama bila obat diberikan melalui suntikan atau melalui mulut. Obat yang sering memicu alergi pada sebagian orang adalah antibiotik atau obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID).
Sebelum mengonsumsi obat jenis apapun, sebaiknya konsultasikan terlebih dahulu ke dokter, terutama jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap obat tertentu.
5. Infeksi parah
Peradangan pembuluh darah juga dapat disebabkan oleh infeksi virus, seperti hepatitis B dan HIV, serta infeksi bakteri, seperti Staphylococcus dan Streptococcus m yang tidak ditangani dengan baik.
Awalnya, penderita penyakit infeksi mungkin tidak menunjukkan gejala sama sekali, namun seiring berjalannya waktu, mekanisme sistem kekebalan tubuh menurun dan kuman penyebab infeksi menyebar ke pembuluh darah sehingga menyebabkan peradangan pada pembuluh darah.
Kondisi ini disebut juga dengan sepsis . Kondisi ini dapat menyebabkan peradangan yang cukup parah dan memengaruhi fungsi organ sehingga menimbulkan komplikasi yang fatal, seperti syok septik .
6. Gangguan sistem kekebalan tubuh
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, gangguan sistem imun atau penyakit autoimun merupakan salah satu penyebab radang pembuluh darah. Sebab, mekanisme pertahanan yang seharusnya melindungi tubuh dari racun atau kuman justru menyerang sel sehat, seperti sel pembuluh darah.
Beberapa penyakit autoimun yang dapat memicu peradangan pada pembuluh darah adalah lupus, rheumatoid arthritis, dan skleroderma .
7.Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki biasanya menyerang anak usia 5 tahun ke bawah dan menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. Jika tidak ditangani, kondisi ini dapat meningkatkan risiko penyumbatan, pendarahan di tubuh, dan serangan jantung.
8. Kanker darah
Kanker darah seperti leukemia, limfoma, atau myeloma dapat mempengaruhi kondisi pembuluh darah. Akibat penyakit ini, antibodi yang dihasilkan tubuh berkurang atau tidak berfungsi dengan baik, sehingga sistem kekebalan tubuh melemah dan tubuh rentan terhadap infeksi berat. Hal inilah yang kemudian dapat memicu peradangan pada pembuluh darah.
Arteritis sel raksasa
Arteritis sel raksasa adalah peradangan pada lapisan arteri. Umumnya kondisi ini menyerang arteri di kepala, terutama orang dewasa yang berusia di atas 50 tahun
Letak peradangan di area kepala menimbulkan gejala seperti sakit kepala, nyeri kulit kepala, nyeri rahang, dan gangguan penglihatan. Jika tidak segera diobati, kondisi ini bisa menyebabkan kebutaan.
10. Arteritis Takayasu
milik Takayasu arteritis adalah penyakit radang pembuluh darah yang cukup langka dan biasanya menyerang remaja dan wanita dewasa. Kondisi ini menyebabkan peradangan pada arteri besar yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh atau ke aorta.
Pengobatan Radang Pembuluh Darah
Radang pembuluh darah biasanya membutuhkan penanganan yang berbeda, tergantung faktor pencetus, tingkat keparahan, dan organ yang terkena. Jika peradangan disebabkan oleh alergi obat, dapat sembuh dengan sendirinya saat obat dihentikan.
Lain halnya jika radang pembuluh darah sudah mengenai organ penting, seperti paru-paru, otak, atau ginjal, karena kondisi tersebut memerlukan penanganan segera.
Berikut beberapa pengobatan yang dapat diberikan untuk mengendalikan peradangan dan gejala radang pembuluh darah:
Narkoba
Salah satu obat yang paling sering diresepkan untuk radang pembuluh darah adalah obat kortikosteroid, seperti prednison .
Namun, penggunaan obat jenis ini dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko infeksi, gangguan tulang, bahkan gangguan penglihatan. Oleh karena itu, konsumsi obat ini memerlukan pengawasan dari dokter.
Selain itu, dokter juga akan meresepkan obat lain yang berfungsi memperlambat sistem kekebalan tubuh agar tidak merusak pembuluh darah, seperti metotreksat .
Operasi
Prosedur pembedahan diperlukan pada kasus peradangan pembuluh darah yang menimbulkan tonjolan pada dinding pembuluh darah atau aneurisma . Pembedahan dilakukan untuk mengurangi risiko pecahnya tonjolan.
Selain itu, jika peradangan pada pembuluh darah menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah, diperlukan metode pembedahan untuk memulihkan aliran darah.
Itulah berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. Peradangan ringan umumnya tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan penanganan segera.
Namun, jika Anda berisiko mengalami peradangan pada pembuluh darah atau merasakan beberapa gejala yang mengarah pada kasus tersebut, seperti:
- Mudah memar meski tidak terbentur apapun
- Sering mati rasa di area tubuh tertentu
- Sakit kepala yang berkepanjangan
- Pendarahan tanpa penyebab yang jelas
Sebaiknya konsultasikan ke dokter untuk mengetahui ada atau tidaknya peradangan pada pembuluh darah dan penyebabnya. Dengan begitu, Anda bisa mendapatkan pengobatan yang tepat dan sesuai dengan kondisi medis Anda.